Akses Jalan Buruk, Masyarakat Abio Tandu Ibu Pendeta Puluhan Kilometer untuk Melakukan Persalinan

Masyarakat Abio Memikul Ibu Pendeta untuk Melakukan Persalinan (Foto:Tomy Palijama)

Sebuah tulisan yang diposting oleh blog suatumaknadankeindahanalami.wordpress.com bercerita mengenai upaya yang dilakukan oleh warga Negeri Abio untuk membawa wanita hamil, yang merupakan seorang ibu pendeta. Wanita tersebut diketahui akan melahirkan (15/02/2023).

Negeri (Desa) Abio sendiri merupakan negeri yang terletak di pegunungan dan tidak memiliki fasilitas kesehatan seperti puskesmas. Negeri Abio berada di Kecamatan Elpatutih, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.

Dalam foto yang dibagikan dalam blog tersebut, ibu pendeta dibawa berjalan menyusuri jalan yang sulit dengan menggunakan tandu. Tandu itu terbuat dari bambu. Kemudian, masyarakat bersama-sama memikul beliau dengan bergotong-royong. 

Foto: Tomy Palijama

Perjalanan dari Negeri Abio ke Jalan Trans Seram membutuhkan waktu enam jam dengan menaiki sepeda motor/ojek. Biaya yang dibutuhkan untuk menempuh perjalanan ini berkisar dari Rp. 300.000- Rp. 400.000 dan juga harus berhenti untuk turun beberapa kali pada tempat-tempat tertentu lantaran kondisi yang tidak memungkinkan motor lewat. Padahal masyarakat di sini rata-rata merupakan petani.

Jika harus berjalan kaki, maka akan memakan waktu seharian, mulai dari jam lima pagi hingga jam enam sore baru bisa sampai di Jalan Trans Seram. 

Foto:Tomy Palijama

Di sinilah mereka bisa mendapat akses jalan yang bagus untuk melanjutkan ke daerah lain. Dalam perjalanan, masyarakat harus ekstra hati-hati karena  melewati lebar badan jalan yang hanya setengah meter dengan jurang di kanan dan kiri.

Selain itu, di perjalanan akan melewati batu yang tajam dan terdapat puluhan sungai kering serta sungai besar. Untuk menyeberangi sungai ini, masyarakat biasanya menggunakan rakit dengan biaya sewa sebesar Rp 10 ribu per orang untuk penyebrangan dengan motor. Sungai besar itu bernama Kali Nui.

Masyarakat berharap semoga Negeri Abio, Ahiolo, Huku Kecil, Sumith dan Watui bisa dibangun akses jalan  karena mereka merasa sangat terisolasi lantaran ketiadaan infrastruktur jalan raya. Kondisi ini menghambat aktivitas masyarakat seperti pendidikan, layanan kesehatan dan pertumbuhan ekonomi.

"Katong masyarakat merasa seng diperhatikan padahal katong pung hak yang sama seperti yang lain." Ucap Tommy (33) salah satu masyarakat di Negeri Abio.

Meskipun banyak kendala yang ditemui di wilayah pegunungan tersebut, anak-anak tetap bertekad untuk mendapat pendidikan yang layak walaupun harus berjalan kaki sejauh 46 km dari Abio hingga daerah pesisir. 

Di Abio tidak ada sekolah SD, SMP dan SMA. Hanya ada Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Tommy (33 tahun) yang tinggal di Abio berharap akan adanya peningkatan akses jalan yang menghubungkan Abio, Ahiolo, Huku Kecil, Sumith dan Watui. Akses jalan dari Abio ke Tala yang sudah tidak layak untuk dilalui oleh kendaraan bermotor roda 4 dan roda 2, semakin sulit dan bahkan tidak bisa dilalui ketika hujan.

"Besar harapan kami jalan ini segera diperbaiki oleh pihak dinas instansi terkait," ungkap Tommy. 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak