Gaya Elit Ekonomi Sulit, Potret Hedon Penerima KIP-Kuliah

Sumber: Pixabay.com

GAMGADO.COM-
Sering menjadi perbincangan di kalangan mahasiswa mengenai kehidupan sebagian mahasiswa penerima KIP-Kuliah yang tampak terlihat hedon dan berfoya-foya. 

Padahal, biaya kuliah dan biaya hidup selama kuliah dibiayai oleh bantuan pemerintah. Pemberian KIP-Kuliah merupakan inisiatif pemerintah kepada mahasiswa yang berada pada ekonomi sulit.

Namun potretnya, kontras dengan keadaan dan fakta di lapangan. Kebanyakan penerima KIP-Kuliah tidak tepat sasaran lantaran ada penerima yang kehidupannya berbeda jauh dengan tingkat ekonomi.

Sedangkan, ada mahasiswa yang benar-benar membutuhkan biaya KIP-Kuliah karena ekonominya sulit malah tidak mendapatkannya.

Bukan rahasia umum lagi, kalau dalam proses pendaftaran KIP-Kuliah calon penerima biasanya melakukan berbagai manipulasi data, mulai dari dokumen hingga foto-foto rumah agar dikira memang berekonomi rendah.

Padahal aslinya, tidak demikian. Orang tua mereka masih mampu membiayai kuliah mereka. Bukan hanya itu, tapi kesalahan fatal juga dilakukan oleh pihak perguruan tinggi yang tidak ketat dan selektif dalam menentukan penerima KIP-Kuliah.

Ada pula kong-kalikong yang terjadi, misalkan ada titipan nama dari pegawai A, dari Dosen B dan dari pihak tertentu agar ponaan, saudara hingga anak mereka bisa diberikan KIP-Kuliah oleh pihak rektorat.

Hal ini yang harus diusut tuntas karena ini sering terjadi di kampus-kampus yang mengakibatkan seleksi penerima KIP-Kuliah tidak transparan.

Kembali pada pembahasan awal terkait dengan betapa glamour dan foya-foyanya kehidupan mahasiswa penerima KIP-Kuliah. Saat di kampus, kita melihat mahasiswa yang kehidupannya seakan seperti anak pejabat namun ketika di cek, dia adalah penerima KIP-Kuliah.

Atau banyak mahasiswa yang saat cair biaya KIP-Kuliah, malah sok-sokan healing, jalan-jalan sana sini, ke bioskop, pergi ke tempat mewah, nonton konser dan sebagainya.

Ada yang kemudian katanya bisa saja uang atau biaya yang mereka gunakan untuk kebutuhan mereka seperti itu didapatkan dari biaya lain, bukan dari biaya KIP-Kuliah.

Memang tidak salah, mau pakai biaya pribadi ya itu urusannya. Namun mirisnya, jika memang untuk gaya hidup saja mampu lantas kenapa harus dibiayai oleh pemerintah untuk kuliah dengan dalil tak mampu?

Sangat disayangkan, jika biaya bantuan pendidikan ini malah tidak tepat sasaran. Mahasiswa yang seharusnya mendapatkan bantuan malah tidak dapat sama sekali.

Selain itu, soal prestasi. Ini yang tidak begitu intens dilakukan pemeriksaaan oleh pihak kampus. Padahal jelas dalam aturannya bahwa penerima KIP-Kuliah harus mempertahankan Indeks Prestasinya, namun sayangnya sekedar hanya untuk formalitas semata.

Pemeriksaan Indeks Prestasi seakan tidak serius dilakukan pihak kampus. Ini kemudian menjadi sangat timpang karena mahasiswa penerima KIP-kuliah malah bermalas-malasan dan tidak serius berkuliah.

Dana yang begitu besar dikeluarkan oleh pemerintah untuk biaya pendidikan, seharusnya dibarengi dengan proses kontrol yang serius. Jangan sampai biaya tersebut malah terbuang cuma-cuma sehingga tidak menghasilkan sesuatu.

Pihak perguruan tinggi juga harus tegas setegas-tegasnya karena ini berkaitan dengan uang negara. Semoga ke depan, pembiayaan pendidikan kepada mahasiswa dari khas negara bisa dikelola secara baik dan merata serta tepat sasaran.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak