Kisah Penenun Muda yang Lestarikan Kain Tenun Ikat Tanimbar

Sumber: Dokumen Pribadi Lusi Kormasela

GAMGADO.COM-
Melihat kurangnya minat anak muda yang peduli terhadap keberadaan tradisi tenun Tanimbar, membuat Lusi Kormasela pemudi 21 tahun bergerak hati untuk menjadi penenun di usianya yang muda.

Ia bergerak hati untuk menjadi penenun sejak 2019 silam. Saat itu, dia melihat ibu mertuanya yang suka sekali menenun, di mana beliau sudah mulai menenun sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Dari beliaulah wanita yang saat ini menempuh pendidikan S1 di Fakultas Teknik, Universitas Pattimura tersebut belajar menenun. Menurutnya, anak perempuan Tanimbar seusianya  sudah jarang sekali melihat mereka menenun.

"Beta pikir, anak seusia kita ini sudah jarang melihat mereka menenun. Kalau di desa-desa tertentu mungkin masih ada, misalkan pada desa-desa di Kecamatan Selaru", ujar mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota semester akhir tersebut.

Lusi saat sedang menenun (Dok.Lusi Kormasela)

Padahal menurutnya, dahulu di Tanimbar punya satu kewajiban untuk anak perempuan jika ingin menikah syaratnya harus bisa menenun.

Untuk itu, Lusi pun mulai belajar menenun, di mana dimulai dengan proses belajar menggulung benang lantaran menurutnya menggulug benang dalam proses menenun bukanlah hal yang mudah. Proses ini perlu teknik tersendiri tidak semudah seperti menggulung benang biasa.

Dua bulan lamanya dia memakan waktu hanya untuk belajar menggulung benang agar benar-benar bulat dan tidak bertumpuk pada satu tempat saja.

Sumber: Desain by Canva (Foto.Lusi Kormasela)

Tahap selanjutnya adalah dia mulai belajar desain motif pada kain dengan salah satu alat yang namanya papindangan.
Dalam proses mendesain, ia katakan harus ekstra hati-hati dan benar-benar memiliki ide serta kreativitas agar mampu membuat kain yang memiliki motif cantik dengan kombinasi benang dan warna yang berbeda-beda. Selesai belajar desain, dia pun masuk ke tahap  belajar menenun.

Jenis kain tenun yang dia buat adalah kain tenun ikat Tanimbar yang merupakan salah satu kain tradisional yang berasal dari Tanimbar, Maluku.
Kain ini merupakan ciri khas dari Kepulauan Tanimbar. Kain tenun biasanya digunakan sebagai kerajinan dan juga memiliki nilai sakral dalam kebiasaan dan tradisi masyarakat Tanimbar.

Bukan hanya sekedar sebagai penutup tubuh, namun kain tenun Tanimbar digunakan dalam perayaan adat misalkan kematian, pernikahan atau pelantikan kepada desa. Bagi masyarakat Tanimbar, kain ini dianggap sebagai sesuatu yang bernilai tinggi.

Kain tenun dari pewarna alami
(Dok. Instagram @tenunTanimbar.mawar)

Keunikan kain tenun buatan Lusi, yakni menggunakan pewarna alami dari bahan-bahan yang ada di alam, seperti daun manggrove dan daun siripopar.

Untuk membuat satu kain tenun, Lusi memakan waktu satu minggu. Itu sudah termasuk proses dari mengikat motif hingga menenun. Hebatnya lagi, kain tenunnya sudah terjual hingga luar negeri. Biasanya ia mempromosikan kainnya tersebut lewat akun instagram  @tenunTanimbar.mawar.

"Kalau jual biasanya di Instagram, di dinas-dinas yang ada di Kota Ambon, sama kemarin baru dikirim ke Belanda", ujar Lusi saat dikonfirmasi via WhatsApp (13/02/2023).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak