Menyoal Kebijakan Gubernur NTT, Masuk Sekolah Jam 5 Bukan Solusi Tepat Tingkatkan Kualitas Pendidikan

Sumber: Instagram @smansixkupang

Saat ini, media sosial sangat digemparkan dengan kebijakan Gubernur NTT Victor Laiskodat yang meminta agar pihak sekolah menengah atas (SMA)/sederajat di wilayah Kota Kupang untuk memulai lebih awal jam pelajaran yakni pukul 05:00 WITA.

Menurutnya, kebijakan ini dapat membangun etos kerja dan dapat mengurangi jumlah rombongan belajar.

Selain itu, ada alasan lain yang disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Linus Lusi seperti yang dilansir dari victorynews.com. Linus mengatakan kalau tujuan dari adanya kebijakan ini, yakni untuk pembentukan karakter dan disiplin siswa-siswi SMA/sederajat agar dapat terbiasa beraktivitas sejak pagi hari. Dengan begitu, sumberdaya manusia yang berkualitas, berkarakter dan berdisiplin tinggi dapat tercipta.


Ia juga mengklaim bahwa kebijakan ini tidak salah lantaran sejak lama sudah banyak sekolah swasta yang menerapkan kebijakan tersebut. Misalkan, sekolah Katolik berasrama atau pesantren yang memulai aktivitas masuk sekolah pukul 05:00 WITA.

Selain itu, kebijakan ini juga bertujuan agar dapat mengembalikan pendidikan di Provinsi NTT secara keseluruhan. Ini penting lantaran NTT kaya sumberdaya alam, namun masih ada banyak hambatan karena kurang kemampuan SDM yang tersedia.

Adapun kebijakan ini ternyata sudah mulai diterapkan pada beberapa sekolah di Kota Kupang mulai Senin, 27/02/2023.

Rupanya, kebijakan ini direspon buruk oleh para orang tua siswa karena menganggap kebijakan ini tidak masuk akal dan mengancam keselamatan anak-anak mereka.

Karena jika ke sekolah jam 5, maka tidak mungkin bangun juga harus jam 5 pagi. Jika mereka yang rumahnya jauh dari sekolah tentu harus mempersiapkan diri paling awal.

Jadi, mereka harus bangun jam 3 atau 4 pagi kemudian bersiap-siap ke sekolah.

Kebijakan ini sangat aneh dan lucu sebenarnya. Jika kita melihat alasan dari gubernur dan juga kepala dinas pendidikan, maka ada beberapa alasan mendasar.


Pertama, soal peningkatan etos kerja dan disiplin. Ini tentu keliru jika harus sekolah jam 5 pagi. Kita harus ingat bahwa proses pembentukan karakter itu bukan serta merta dilakukan di sekolah semata, namun lebih banyak di rumah.

Dengan ke sekolah lebih pagi, maka ini hanya akan membuat siswa lebih malas dan menurunkan etos kerja mereka. Ha? Kok bisa?

Jadi gini, kebiasaan anak-anak Indonesia pada umumnya ketika bangun pagi yang harus dilakukan adalah membantu orang tua.

Begitu juga dengan anak-anak NTT. Jadi kalau sekolah lebih pagi, tentu tidak punya kesempatan membantu orang tua karena takut terlambat dan harus buru-buru ke sekolah.

Patokan waktu  normal sekolah, yakni dari jam 6:30-8:00. Biasanya aktivitas sekolah sudah dimulai jam 7:15 atau 7:30.

Sumber:pusatdapodik.com

Pada pukul lima pagi atau setengah lima, anak sudah harus bangun kemudian membantu orang tua.

Kita tahu, tidak semua anak itu punya orang tua kaya apalagi NTT yang merupakan provinsi termiskin di Indonesia. Maka, tentu ini harus jadi bahan pertimbangan.

Saat bangun pagi, tidak semua sudah siap. Anak harus bantu orang tua timba air di sumur, apalagi kalau sumurnya jauh.

Anak-anak perempuan harus cuci piring dan bersihkan rumah terlebih dahulu. Proses inilah yang sejatinya merupakan proses peningkatan etos kerja dan disiplin pada anak.

Ini yang harus ditekankan oleh gubernur sebenarnya. Jika masuk sekolah jam 5, lalu anak-anak tidak punya waktu lagi dong membantu orang tua.

Kedua, jika kita menyikapi pernyataan Gubernur NTT yang menyatakan bahwa para murid SMA harus tidur sebelum jam 22.00 WITA, lalu bangun pagi pukul 04.00 WITA. Maka ini agak sedikit keliru. Kenapa? Karena itu hanya berlaku untuk siswa yang rumahnya dekat dengan sekolah dan punya kendaraan. Misalkan, siswa yang rumahnya jauh tentu harus bangun jam 3 pagi.

Itu tandanya di waktu mulai siang nanti aktivitas otak tidak bekerja semaksimal mungkin karena ngantuk. Akibatnya, anak tidak bisa menerima pelajaran dengan baik.

Rata-rata manusia tidur khususnya untuk para remaja umur 12-18 menurut Kementerian Kesehatan, yakni 8-9 jam. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kurang tidur dapat mempengaruhi mental seseorang.

Selain itu, lebih bahayanya lagi  ketika tidak cukup waktu istirahat, otak tidak dapat berfungsi dengan maksimal. Ini dapat menyebabkan berkurangnya efisiensi otak, brain fog, kesulitan mengingat baik jangka pendek maupun jangka panjang serta menurunnya kendali dan kemampuan untuk membuat rencana.

Hal ini didukung oleh penelitian dari University of Virginia, AS, menemukan bahwa anak-anak yang tidak mendapatkan cukup waktu tidur memiliki kemampuan berpikir yang rendah. Para ahli menyimpulkan bahwa tidur dapat melindungi dan meningkatkan fungsi memori. Dengan kata lain, anak-anak yang tidur lebih cepat setelah belajar memiliki kemampuan mengingat informasi yang lebih tinggi. Itu berarti, kurang tidur dapat menyebabkan penurunan IQ pada anak.

Bagaimana Waktu Sekolah di Negara Maju?

Perlu menjadi catatan untuk Bapak Gubernur NTT dan Bapak Kepala Dinas Pendidikan bahwasannya di negara maju sekalipun tidak mengharuskan anak datang ke sekolah lebih awal agar kualitas pendidikan bisa meningkat.

Mari kita lihat beberapa kebijakan pada negara maju yang punya etos kerja dan kualitas pendidikan bagus.

Siswa Rusia hanya berada di sekolah selama 4 sampai 5 jam setiap hari, mulai dari pukul 8 pagi hingga pukul 1 atau 2 siang. Mereka mendapat libur empat bulan dalam setiap tahun ajaran. Para pelajar bersekolah lima hari dalam seminggu dan pada total setahun mereka menghabiskan hampir 470 jam di kelas.

Selain itu, Finlandia ada dalam daftar tertinggi negara-negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Hari sekolah di sana biasanya hanya berlangsung selama lima jam, mulai dari jam 8 atau 9 pagi hingga jam 1 atau 2 siang. Setiap 45 menit, para siswa mendapatkan waktu istirahat selama 15 menit.

Lantas Kenapa Kualitas Pendidikan Mereka Bagus?

Sumber : TikTok/@rihiga.
Alasannya karena sumberdaya pendidik dan kualitas sarana prasarana yang ada memadai. Jika Gubenur NTT ingin agar kualitas pendidikan baik dan lebih meningkatkan etos kerja serta karakter anak NTT, maka pilihan keliru jika menerapkan sekolah mulai jam 5 pagi.

Yang harus dilakukan adalah dengan memperbaiki dan menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai.

Kemudian, menyiapkan tenaga pendidik yang berkualitas dengan memberikan beasiswa kepada para guru lanjut sekolah dan melakukan peningkatan kualitas para guru yang ada dengan berbagai pelatihan.

Percuma sekolah pagi-pagi, tapi fasilitas tidak mendukung. Tenaga kependidikannya pun tidak berkompeten.

Kita juga tidak bisa menyamakan antara sekolah berasrama atau pesantren dengan sekolah biasa. Hal ini dikarenakan sekolah berasrama mewajibkan siswanya bangun pagi agar dapat melakukan aktivitas dan itu di dalam lingkungan mereka.

Selain itu, sekolah juga ada dalam asrama. Jadi, tidak masalah bangun jam berapa pun karena dari situlah kedisiplinan mereka memang benar-benar dibentuk.

Jika ingin seperti itu, mending jadikan saja semua sekolah SMA di Kota Kupang berasrama.

Setidaknya, kebijakan yang dibuat haruslah benar-benar bijak. Jangan seakan membuat kebijakan yang sensasional agar mendapat perhatian publik padahal tidak dikaji secara baik dari berbagai sisi. 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak